Searching...
Monday, September 10, 2012

Kebudayaan Islam (tugas kuliah)


Cuman mau share ke temen" maba yang mendapat tugas agama islam :

Konsep Kebudayaan dalam Islam

Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti intelek (pengertian). Kata buddhi berubah menjadi budaya yang berarti “yang diketahui atau akal pikiran”. Budaya berarti pula pikiran, akal budi, kebudayaan, yang mengenai kebudayaan yang sudah berkembang, beradab, maju (Poerwadarminta,1982:157).

Dari pengertian budaya di atas, dapat diutarakan dengan bahasa lain bahwa kebudayaan merupakan gambaran dari taraf berpikir manusia. Tinggi-rendahnya taraf berpikir manusia akan terlihat pada hasil budayanya. Kebudayaan merupakan cetusan isi hati suatu bangsa, golongan, atau individu. Tinggi-rendahnya, kasar-halusnya pribadi manusia, golongan, atau ras, akan terlihat pada kebudayaan yang dimiliki sebagao hasil ciptaannya. Maka dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan merupakan orientasi dan pola pikir manusia, golongan, atau bangsa. Kebudayaan merupakan suatu konsep yang sangat luas ruang lingkupnya. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang timbulnya suatu kebudayaan itu sendiri. Dawson (1993:57) memberikan empat faktor yang menjadi alasan pokok yang menentukan corak suatu kebudayaan, yaitu faktor geografis, keturunan atau bangsa, kejiwaan, dan ekonomi.



Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret mengenai suatu kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan. Islam memberi kerangka asas atau prinsip yang bersifat hakiki atau esensial. Dengan kata lain, Islam hanya memberikan konsep dasar yang dalam perwujudannya tergantung pada pemahaman pendukungnya.Dalam keadaan atau waktu yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, teknik, seni, dan mungkin juga oleh filsafat.
Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain, diungkapkan oleh Siba’i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang ditegakkan atas dasar aqidah dan tauhid, berdimensi kemanusiaan murni, diletakkan pada pilar-pilar akhlak mulia, dijiwai oleh semangat ilmu (Zainal, 1993:60).
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudyaan Islam dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi, cipta, karya, karsa, dan rasa manusia yang bernafaskan wahyu ilahi dan sunnah Rasul. Yakni suatu kebudayaan akhlak karimah yang muncul sebagai implementasi Al-Qur’an dan Al-Hadist dimana keduanya merupakan sumber ajaran agama Islam, sumber norma dan sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dengan demikian kebudayaan Islam dapat dipilah menjadi tiga unsure prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya orang Islam; kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran Islam; dan merupakan pencerminan dari ajaran Islam.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisah satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus apapun kebudayaannya, jika itu bukan merupakan produk kaum Mslimin tidak bias dikatakan dan diklaim sebagai budaya Islam. Demikian pula sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan produk orang-orang Islam, tetapi substansinya sama sekali tidak mencerminkan norma-norma ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-Faruqi (2001) menegaskan bahwa sesungguhnya kebudayaan Islam adalah “Kebudayaan Al-Qur’an“, karena semuanya berasal dari rangkaian wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada abad ketujuh. Tanpa wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam, masyarakat Islam maupun organisasi politik atau ekonomi Islam.

Prinsip-prinsip Kebudayaan Islam

Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Islam antara lain:1. Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua ciptaan.2. Diembankan amanah khalifah kepada manusia.3. Manusia diberi potensi yang lebih dibanding makhluk lainnya.4. Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia, baik tanah, air, angin, tumbuhan, dan hewan.5. Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta pertanggung-jawabannya kelak.Dengan berbagai kelebihan dan fasilitas yang diberikan oleh Allah kepada manusia, beserta tanggung-jawab atas semua itu, manusia melahirkan berbagai ide dan muncul keinginan untuk selalu berbuat dan berkarya. Dan pada puncaknya, manusia akan menghasilkan apa yang disebut dengan Kebudayaan.Prinsip-prinsip yang diperlukan untuk menghasilkan kebudayaan yang Islami antara lain:1. Dibangun atas dasar nilai-nilai Illahiyah.2. Muunculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan penghuninya.4. Pengembangan ide, perbuatan, dan karya, dituntut sesuai kemampuan maksimal manusia.5. Keseimbangan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan alam merupakan cita tertinggi dari kebudayaan. Sejarah Intelektual Islam


Ada banyak faktor penyebab proses pertumbuhan peradaban Islam. Namun secara garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab tumbuh berkembangnya peradaban Islam, hingga mencapai lingkup mondial, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor pertama (internal) berasal dari dalam norma-norma atau ajaran Islam sendiri.
Faktor kedua(eksternal) pada hakikanya merupakan implikasi dari faktor pertama. Motivasi internal yang begitu kuat telah mengkristal dalam kehidupan umat Islam sejalan dengan perkembangan sejarah, dan nilai-nilai atau norma-norma ajaran Islam menjiwai dalam setiap kehidupannya.
Tonggak-tonggak sejarah peradaban Islam, tak pernah lepas dari sejarah intelektual Islam. Untuk memahami dengan baik perkembangan tersebut, idealnya diperlukan pemehaman yang memadaitentang periodisasi sejarah perkembangan Islam. Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa, yaitu: masa klasik antara 650-1250 M, masa pertengahan antara tahun 1250-1800 M, dan masa modern antara tahun 1800 sampai sekarang.
Pada masa klasik, lahir ulama’ mahzab, seperti: Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i , dan Imam Maliki. Sejalan dengan itu lahir pula filosof muslim pertama,Al-Kindi 801 M. Diantara pemikirannya, ia berpendapat bahwa kaum Muslimin menerima filsafat sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Selain, Al-Kindi, pada abad itu lahir pula filosof besar seperti: Al-Razi (865 M) dan Al-Farabi (870 M). keduanya dikenal sebagai pembangun agung sistem filsafat. Pada abad berikutnya, lahir filosof agung Ibn Miskawaih 930 M. Pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan akhlak. Kemudian Ibn Sina tahun 1037 M, Ibn Bajjah tahun 1138 M, Ibn Tufail tahun 1147 M,dan Ibn Rusyd tahun 1126 M.
Masa pertengahan dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa kini, merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruhnya masih ada sampai sekarang. Sebagai pemikir muslim kontemporer sering melontarkan tuduhan pada Al-Ghazali sebagai orang pertama yang menjauhkan filsafat dari agama. Sebagaimana tertuang dalam tulisannya “Tahafut al-Falasifah” (Kerancuan Filsafat). Tulisan Al-Ghazali dijawab oleh Ibn Rusyd dengan tulisan Tahafut al-Tahafut (Kerancuan di atas kerancuan).
 Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam

Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang sangat vital dan dominant bagi kaum Muslimin, di antaranya:

1. Mesjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat.
2. Sebagai “prasasti” atas berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa ini bendera sebagai simbol sebuah Negara yang telah merdeka, maka kaum Muslimin pada tempo dulu jika berhasil “menaklukkan” sebuah Negara, mereka menandainya dengan membangun sebuah masjid sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut menjadi bagian dari “Negara Islam” (Shini,T.T:158)
3. Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga masyarakat Islam.
4. Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban.
5. Sebagai simbol persatuan umat Islam.
6. Sebagai pusat gerakan.
Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu Islam, mempelajari Al-Qur’an dan Al-Hadist , kritisme, tafsir, cabang-cabang syariat, sejarah, astronomi, geografi, tata bahasa, dan sastra arab.
  Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia

Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam berasal dari jazirah Arab, maka Islam masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.

Kedatangan Islam dengan segala komponen budayanya di Indonesia secara damai telah menarik simpati sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi politik yang tengah terjadi saat itu.
Dalam pandangan Nurcholis Majid (1988:70) bahwa daya tarik Islam yang pertama dan utama adalah besifat psikologis, Islam yang secara radikal bersifat egaliter dan mempunyai semangat keilmuan merupakan konsep revolusioner yang sangat memikat dalam membebaskan orang-orang lemah (mustadh’afin) dari belenggu hidupnya.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh Wali Songo di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah SWT itu dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
 Kesimpulan

1. Kebudayaan yang Islami adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia tang tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. Hasil olah yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam perkembangannya, perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan diri manusia sendiri. Di sinilah, agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab.

2. Pada masa klasik hidup ulama mahzab dan filosuf-filosuf besar dan agung.
3. Masjid selain sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai salah satu simbol bagi Islam, tempat pusat komunikasi dan informasi, tempat belajar tentang ajaran Islam.
4. Nilai Islam yang beraroma Negara Arab secara tidak langsung masuk meresap ke dalam budaya Indonesia,seperti ejaan,kebiasaan,dsb.

DAFTAR PUSTAKA1. Tim Dosen PAI UNM.2006.Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju Pengembangan Kepribadian Insan Kamil.Malang:Hilal Pustaka2. Tim Dosen PAI UB.2006.Buku Daras Pendidikan Agama Islam.Malang:PPA UB3. Gazalba,Sidi.1975.Mesjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam.Jakarta:Pustaka Antara 

x

0 Komentar Para Blogger:

Post a Comment

 
Back to top!